Pesawat 747-8 Intercontinental memiliki 467 tempat duduk, atau bisa menampung 51 penumpang lebih banyak dari pesawat pendahuluan, Boeing 747, kata pernyataan perusahaan.
Pesawat baru ini juga lebih irit bahan bakar.
Sejauh ini Boeing baru mengantungi 33 pesanan untuk versi pesawat penumpang 747-8, yaitu dari Lufthansa dan Korean Air Lines.
Meski demikian, Boeing telah berhasil menjual 74 unit jenis pesawat kargo.
Pesawat baru ini telah diperkenalkan di hadapan 10.000 karyawan Boeing, anggota keluarga mereka dan tamu khusus di hangar yang dulu menjadi tempat pesawat 747 generasi pertama diperkenalkan pada tahun 1968.
''Dari seluruh pesawat yang kami bangun, ini satu yang dikenali lebih identik dengan Boeing dari pesawat lain, dan itu adalah 747,'' ujar James Albaugh, pimpinan unit pesawat komersial Boeing.
Pesawat Interncontinental dilengkapi dengan perangkati sayap baru, ekor baru, dan moncong lebih tirus, mesin mutakhir dan kokpit baru.
Meski daya tampung penumpang lebih sedikit daripada saingannya Airbus A380, pesawat baru Boeing ini merupakan pesawat terpanjang di dunia.
Boeing mengatakan yakin akan menerima order lebih banyak begitu pesawat penumpang ini mulai beroperasi tahun ini, meski pesawat pertama yang diserahkan adalah pesanan seorang pembeli VIP yang identitasnya dirahasiakan.
Boeing juga mengharapkan armada dua pesawat kepresidenan Amerika Serikat - Air Force One - pada akhirnya akan digantikan oleh pesawat 747-8.
Pesawat Boeing 747 pertama diluncurkan 42 tahun silam. Lebih dari 1.400 unit terjual hingga pesawat 747-400 ditarik dari penjualan tahun penjualan.
Model terbaru Boeing dianggap sebagai pesaing pesawat superjumbo Airbus A380.
Namun, banyak analis mengatakan kalangan maskapai penerbangan meminati pesawat berbadan lebar yang lebih kecil, seperti 787 dan Airbus A350 yang dirancang untuk bisa mendarat di bandara yang sibuk dan membawa penumpang lebih dekat ke tujuan akhir mereka.
Hari Senin, Boeing dijadwalkan akan memberikan informasi terbaru seputar perkembangan pesawat 787 Dreamliner yang yang tersendat-sendat dan keterlambatan itu sangat merusak kredibilitas raksasa industri dirgantara AS tersebut.
No comments:
Post a Comment