Menurut laporan Institute for Medical Research (IMR), Kuala Lumpur, Malaysia, diam-diam sebanyak enam ribu ekor nyamuk transgenik, yang dikembangkan untuk melawan demam berdarah, dilepas pada 21 Desember lalu. Sama dengan pelepasan nyamuk yang telah dimodifikasi secara genetik di Karibia dan Cayman pada tahun 2009 dan 2010 lalu, pelepasan nyamuk tersebut mengejutkan banyak kalangan dan memicu pro-kontra.
Di Malaysia, nyamuk yang dibuat oleh Oxitec, sebuah perusahaan biologi asal Inggris itu merupakan nyamuk Aedes aegypti--nyamuk pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah--jantan yang dimandulkan. Saat nyamuk Aedes betina kawin dengan pejantan-pejantan mandul itu, mereka tidak punya keturunan. Harapannya, populasi nyamuk akan anjlok.
Penelitian yang dilakukan di sebuah kawasan terpencil di Bentong, Pahang, uji coba kali ini didesain untuk mengetahui sampai sejauh mana nyamuk tersebut mampu bertahan hidup dan menjelajah lingkungan.
“Sebanyak enam ribu nyamuk Aedes jantan dilepas untuk diuji coba daya tahannya terhadap lingkungan dan diteliti sampai sejauh mana ia mampu beredar,” kata Luke Alphey, Chief Scientific Officer Oxitec, seperti dikutip dari Sciencemag, 31 Januari 2011. “Penelitian itu sendiri sudah berakhir pada 5 Januari lalu setelah insektisida disemprotkan untuk mematikan nyamuk yang masih hidup."
Oleh sejumlah kalangan, pelepasan nyamuk ini dinilai tergesa-gesa dan terlalu dirahasiakan. Meski demikian, hal tersebut dibantah oleh Oxitec. “Penelitian ini dilakukan oleh pemerintah dan dilaksanakan di Malaysia. Jadi, terserah pemerintah apakah akan mengumumkannya atau tidak,” kata Alphey. “Siapapun yang menyadari bahwa ada 50 sampai 100 juta kasus demam berdarah dengue per tahun di seluruh dunia tentu akan merasakan betapa pentingnya penelitian ini."
Penelitian yang sama yang dilakukan di Grand Cayman tahun lalu sendiri jauh lebih besar skalanya. Di sana, sebanyak tiga juta nyamuk jantan dilepas untuk mengetahui apakah mereka bisa membantu menurunkan populasi nyamuk. Ternyata, dalam laporannya kemudian, populasi nyamuk bisa ditekan hingga 80 persen. “Hasil penelitian yang kami lakukan kali ini telah dikirimkan ke jurnal ilmu pengetahuan,” kata Alphey.
No comments:
Post a Comment